Sabtu, 27 April 2024 | 11:46
OPINI

Who Is The Real Mang Ucup? (Bag. 12 - Tamat)

Jusuf Randy Cari Istri Baru

Jusuf Randy Cari Istri Baru
Mang Ucup dan Mbak Wied

Istri pertama Mang Ucup seorang Warga Negara Jerman. Dari perkawinan pertama ini kami mendapatkan 2 orang putera dan seorang putri. Pertama kali Wied berusia 18 tahun merasa tertarik dosennya dari Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika (LPKIA). Pada saat itu ialah Mang Ucup sang dosen.

Sedangkan Wied baru bisa dan berani mengungkapkan rasa kasihnya kepada Mang Ucup setelah saya cerai resmi dari istri pertama saya! Sebelumnya Mang Ucup sendiri itu tidak pernah tahu ataupun mengenal siapa Wied itu. Kami baru bisa saling berkenalan setelah saya pulang kembali ke Jerman. Maklum sebelumnya bertatap muka pun belum, karena saya tidak mengenal maupun mengetahui.

Ketika saya menyatakan hasrat saya untuk menikah dengan Mbak Wied, adik saya bilang “Sia mah gelo (kamu sih gila), masa mai mempersunting dengan gadis yang 25 tahun lebih muda, bahkan lebih tua dari anak-anak kamu sendiri !"

Kalau adik saya sendiri sudah mengutarakan rasa syok sedemikian rupa, apalagi pendapat orang luar. Karena yang harus menanggung aibnya punya suami yang jauh lebih tua adalah Mbak Wied sendiri. Pasti kebanyakan orang akan mencibir seakan-akan ia itu seorang cewek matre !

Namun bagaimana Mang Ucup bisa mengenal Mbak Wied? Pada tahun 1990 tanpa saya ketahui. Ternyata kisah perceraian saya telah dipublikasikan oleh koran Suara Merdeka Jawa Tengah; secara besar-besaran. Bahkan dengan judul "Jusuf Randy Cari Istri Baru". Lengkap berikut alamat lengkap saya di Jerman.

Dari situlah Wied untuk pertama kalinya berani mengungkapkan perasaannya kepada saya melalui surat perkenalan pertamanya. Maklum sebelumnya itu Wied hanya berani mengidolakan Mang Ucup sekedar di dalam hati kecilnya saja. Tanpa ada orang lain entah siapapun juga yang mengetahuinya.

Namun bagaimana rasanya menjadi istrinya Jusuf Randy? bacalah sendiri testimoni ungkapan langsung dari Mbak Wied.

Mang Ucup Pujaan Hatinya Wied

Oleh Widiyati alias Wied

Mengingat saya tidak memiliki FB akun sendiri. Maka saya ikut nebeng di akun FB nya Mang Ucup. Apakah anda tahu bahwa perkawinan kami ini bisa bertahan dan tumbuh, karena sering disiram penuh dengan air mata. Berapa banyak air mata yang telah dikeluarkan; hanya Tuhan dan bantal tidur saya saja yang mengetahuinya.

Namun sebelumnya saya hendak mengucapkan banyak terima kasih atas begitu banyaknya aspresiasi maupun pujian. Hal yang telah membuat saya menjadi tersipu-sipu, bahkan malu dengan sendirinya. Harus diakui pula bahwa saya tidak pernah mendapatkan pujian begitu banyaknya selama hidup saya. Disamping itu saya hanyalah sekedar ibu rumah tangga biasa saja. Jadi - Nothing Special About Me yang layak untuk diceritakan.

Beda dengan suami saya yang harus diakui bahwa ia itu termasuk orang besar. Minimum dari segi postur tubuhnya. Namun perlu diketahui pula, bahwa menjadi istri dari orang besar ini bukanlah hal yang mudah. Maklum bayaran, tanggung jawab maupun bebannya otomatis menjadi jauh lebih besar pula.

Saya sebagai istri dituntut harus kuat dan bisa menanggung beban yang jauh lebih besar pula. Antara lain harus memiliki kekuatan besar, kesabaran besar bahkan harus berjiwa besar pula pada saat menanggung beban korban perasaan yang besar. Namun dengan adanya rasa kasih yang besar. Maka beban yang bagaimana besarnya sekalipun juga akan terasa kecil dan ringan dengan sendirinya.

Dan hal seburuk apapun juga akan mudah dan cepat terlupakan. Bahkan badai yang bagaimana besarnya sekalipun juga dengan bantuan Tuhan akan bisa kita atasi bersama. Bagi saya pribadi; pasangan hidup itu merupakan anugerah yang sangat besar yang saya dapatkan dari Tuhan. Oleh sebab itulah wajib saya pelihara dengan penuh rasa kasih yang besar pula.

Bagi saya pernikahan itu adalah suatu hal yang sangat sakral sekali. Kita menikah dengan mengucapkan kata "Ya", hanya dalam hitungan detik saja. Namun memelihara perkawinan ini merupakan tugas dan tanggung jawab besar untuk selama hidup saya.

Saya harus bisa menerima suami saya dengan segala kelebihan maupun kekurangannya. Apapun kata dan pandangan orang terhadap suami saya. Saya akan selalu mengasihi Mang Ucup dengan sepenuh hati sampai ajal memisahkan kita.

Harus diakui pula bahwa Mang Ucup dalam usia 78 tahun masih kelihatan gagah handsome, bahkan dimata saya mirip Elvis. Disamping itu tidak bisa dipungkiri pula, bahwa ia adalah seorang jago dansa Rock and Roll. Sehingga banyak perempuan yang mengaguminya dan mengidolakannya. Namun berapa lama lagi? Dimana nanti akan tiba saatnya ia menjadi tua dan sakit. Walaupun tidak diharapkan sama sekali. Maklum hal ini sudah merupakan takdir bagi setiap manusia.

Namun apakah masih ada perempuan yang mau mendampinginya? Apabila pada suatu saat ia menjadi pikun, lemah bahkan duduk di kursi roda? Mengingat usia suami saya sudah uzur, maka saya sudah komit terhadap diri saya sendiri, bahwa "saya tidak mau punya anak". Agar saya bisa mengabdikan diri saya 100 persen hanya untuk suami saya saja. Walaupun untuk ini saya akan dicibirkan mandul sekalipun juga tidak jadi masalah.

Saya sudah berjanji dan komit terhadap diri saya sendiri maupun terhadap Allah yang kusembah! Bagaimana buruk keadaan keuangan maupun kesehatan suami saya. Saya tidak akan pernah mau meninggalkan suami saya. Jangankan meninggalkan; pisahpun saya tidak mau lagi. Saya ingin mendampingi dan merawat dia terus-menerus sampai ajal memisahkan kita.

Dimata maupun di pikiran saya Mang Ucup akan selalu mendapatkan tempat di peringkat teratas. Maklum bagi saya pribadi, Mang Ucup itu: yesterday, today & tommorow sekalipun. He is always the best husband ever, no doubt! Pandangan dan pendapat ini mungkin bagi orang lain salah. Namun saya memandang dan melihat suami saya bukannya dari segi pandangan lahiriah. Melainkan dari segi pandangan batin maupun sudut hati yang penuh dengan rasa kasih.

Biarlah orang lain menilai saya sebagai istri yang bodoh sekalipun untuk ini saya terima dengan lapang dada. Maklum mengasihi suami itu bukannya untuk orang lain. Lagi pula tidak perlu dipamerkan. Mengasihi seseorang bukannya hanya sekedar dari kata-kata saja namun dari perbuatan. Disamping itu sudah merupakan tanggung jawab dan bukti rasa syukur saya kepada Sang Pencipta atas anugerah dan pilihan suami yang dianugerahkan-Nya kepada saya.

Walaupun ia jauh lebih tua dari saya sekalipun juga. Orang lain bisa dan boleh menilai suami saya sebagai kakek gaek. Namun bagi saya sendiri ia adalah Borondong pujaan hati saya. Maka dari itulah saya akan selalu merasa bangga mendampingi Mang Ucup sang kakek gaul, kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada! Hal inilah yang membuat saya merasa bersukacita terus-menerus selama hampir 26 tahun masa perkawinan kita.

Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan mohon dikoreksi apabila ada yang salah dari sudut segi pandang saya. Banyak terima kasih atas kesediaan dan kesabarannya untuk membaca ungkapan hati saya ini. Dari Wied ibu rumah tangga biasa yang sangat mengagumi dan mengasihi sang suami secara lebay dan overdosis.

Apakah ini salah? Surat tersebut di atas ditulis oleh Mbak Wied langsung saya hanya sekedar copas saja. Dengan ini saya akhiri seri tulisan “Who Is The Real Mang Ucup?” Semoga kisah hidup mang Ucup ini tidak membosankan pembacanya ataupun membuat pembacanya menjadi muak karenanya.

Dengan rangkap tangan dua Mang Ucup mohon pamit !Maklum kalau film sih sudah the end! Jadi tidak akan ada kelanjutannya lagi, karena sudah tamat alias finish! Thank Be For You and After.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar