Sabtu, 27 April 2024 | 08:28
TRAVELLING

Borobudur Writers and Cultural Festival 2020 Beri Pesan Lestarikan Lingkungan

Borobudur Writers and Cultural Festival 2020 Beri Pesan Lestarikan Lingkungan
Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2019 (Istimewa)

ASKARA - Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) kembali hadir menyapa para pencinta sastra, kesenian dan religi Nusantara. Kegiatan itu berlangsung selama lima hari, dari 19 hingga 23 November 2020. 

Kegiatan kali ini mengangkat tema Bhūmiśodhana, Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara. Pemilihan tema itu berdasar munculnya pandemi dan berbagai bencana alam. 

Bhūmiośdhana merupakan upacara penyucian bumi (tanah) yang mulai dilakukan para pertapa sejak masa purwakala. Berawal menentukan tempat berpijak dan hak bagi manusia, sampai penyucian bumi dari aspek-aspek buruk yang telah ditimbulkan manusianya sendiri. 

Sebab sang bumi adalah yang memberi kehidupan pada dunia, sebagaimana hukum kehidupan, sang bumi wajib memberi apa yang harus diberi, dan meminta apa yang harus diminta.

"Kepekaan dalam memaknai pertanda alam diabaikan, hukum alam ketika menabur keburukan maka akan menuai keburukan pula, kurang dipedulikan," bunyi BWCF dalam keterangannya, Sabtu (7/11).

Pembabatan hutan menyebabkan meningkatnya panas bumi, gedung-gedung kaca memantulkan cahaya matahari kembali ke udara, awan tak terbentuk, musim panas berkepanjangan, kebakaran hutan terjadi di mana-mana. 

Tanah longsor karena tebing tandus tidak ada akar-akar pohon yang mengikat tanah, banjir karena penyempitan dan pendangkalan sungai, dan banyak lagi lainnya. 

"Sudah terlalu banyak keburukan yang dilakukan manusia demi kelangsungan perekonomian dunia," kritiknya. 

Belum lagi wabah gizi buruk dan kelaparan yang melanda, ironi karena Nusantara adalah negeri tropis yang memiliki sumber makanan sepanjang tahun. 

Manusia mahluk paling banyak mengambil keuntungan dari bumi, hendaklah mempersembahkan lebih banyak kepada bumi. "Manusia wajib merawat bumi agar kehidupan dapat terus berlangsung," tuturnya. 

Sedangkan dalam ilmu ekologi yang mempelajari ekosistem mahluk hidup dengan lingkungannya terdapat interaksi, ketergantungan, keanekaragaman dan keharmonisan.

"Menjaga keseimbangan ekologi telah ditulis dalam manuskrip kuno nusantara, ragam pengetahuan telah dicatat. Seperti antisipasi dan peringatan akan terjadinya bencana, bagaimana menghadapinya," imbuhnya 

Maka, dalam perhelatan BWCF ke-9 ini, para pakar multidisiplin ilmu akan memaparkan bagaimana mengelola dan melestarikan lingkungan dalam kekayaan tradisi Nusantara. 

Ketua Penelitian Paguyupan Tran Panéran Dipanegara Yogyakarta KRT Manu J. Widyaseputra akan membawakan pidato kebudayaan sebagai penanda dimulainya acara. 

Para pembicaranya antara lain, Dr. Destario Metusala, Drs. Handaka Vijjaananda Apt, Dr. Lydia Kieven, Prof. Dr. Peter Carey, Dr. Phil. Ichwan Azhari, Prof. Agus Aris Munandar dan masih banyak lagi.

Seluruh materi acara BWCF 2020 ini bisa disaksikan melalui Youtube di channel Borobudur Writers and Cultural Festival dan Zoom.

Komentar