Sabtu, 27 April 2024 | 21:41
OPINI

Kekuatan Doa

Kekuatan Doa
Ilustrasi doa (Dok Islampos.com)

Beberapa waktu yang lalu saya minum kopi di warung kecil tetangga, benernya tutup sejak bulan Maret yang lalu. Namanya juga tetangga, saya tetep dapat kopi pahit yang saya mau.

Ngobrol dengan pemiliknya tentang bagaimana cara menjalani kehidupan di masa pandemi ini. Warung sudah tutup cukup lama, tentunya pemasukan tidak ada. 

Setelah menyuguhkan kopi pada saya, tidak lama si ibu keluar kembali dengan membawa baskom, yang ternyata isinya nasi agak sedikit kekuningan di tangan kirinya, sedang tangan kanannya memegang ulekan dari batu yang terbungkus plastik bersih. Saya perhatikan apa yang sedang dilakukannya.

Baskom dan ulekan diletakkan di meja, lalu pergi ambil sebuah triplek lebar yang sudah dibungkus dengan plastik juga. Diambilnya sendok dan ambil sedikit-sedikit dari baskom semacam bulatan yang dijajar rapi, lalu ulekan itu digunakan untuk memipihkannya agar menjadi tipis.

Saya coba menebak, "Apa bikin kerupuk puli bu?" tanya saya. 

"Betul," jawabnya. 

"Apakah nasi dimasak sendiri? Berapa beras dan biaya yang yang harus dikeluarkan?" tanya saya lagi.

Si ibu menjelaskan, "tidak banyak, hanya membeli obat kerupuk dan bawang putih saja, nasinya dikasih rumah makan depan itu, hampir tiap hari mereka membuang nasi sisa dari rice cooker mereka, sebelum ini hanya saya keringkan jadi karak untuk makanan ayam, saya berikan ke tetangga desa kalau saya pulang, tapi karena warung saya tutup cukup lama, maka saya berpikir coba dibuat kerupuk dan bisa saya makan sendiri juga bisa saya jual, Alhamdulilah sudah banyak yang pesan juga mbak," katanya. 

"Luar biasa bu, hidup kalau dijalani dengan hati yang tenang ternyata tetep menemukan jalan ya," lanjut saya.

"Iya mbak, saya hanya berdo'a memohon diberikan jalan keluar. Itu saja. Tiba-tiba koq saya coba bikin kerupuk itu. Dan ternyata saya menemukan jalan baru untuk mendapatkan penghasilan walaupun tidak buka warung lagi, percuma juga buka sepi pembeli," kata si ibu.

Kekuatan doa, dan kesungguhan untuk memohon disertai niat yang baik, maka akan terbuka jalan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Sayapun ikut bahagia melihat dan mendengar ini semua, si ibu memang tidak punya pendidikan tinggi dan usianya sekitar 60 tahun, sekolah hanya sampai tingkat SR saja. Tapi memiliki jiwa tangguh untuk menjalani kehidupan dan selalu akan menemukan jalan keluar. 

Terkadang sekolah jenjang tinggi itu justru menyulitkan. Yang merasa punya keahlian, maka jadi pilih-pilih pekerjaan yang akhirnya berkutat di situ saja. Makin terpuruk, dan banyak mengeluh. 

Ini sebagai ngaji urip, tanpa perlu papan tulisan, tanpa harus duduk di bangku sekolahan. Hidup itu memang kudu sinau, kudu belajar. Belajar pada siapapun, dan siapapun bisa menjadi guru memberikan pencerahan. Walaupun bukan dari kalangan terpelajar, bukan seorang ulama ataupun yang terkenal.

Ada kisah lain yang nanti akan saya ceritakan, dari orang-orang pinggiran yang banyak terlupakan.

Kekuatan doa mereka ternyata luar biasa. 

Jiwa-jiwa besar itu berada dalam kemiskinannya. Meski ada banyak bantuan dari pemerintah, meski mereka tidak dapat bagian, mereka juga tidak ingin mencari apalagi menerimanya, ternyata masih ada orang-orang seperti mereka yang luar biasa. Pantang mengeluh, apalagi menerima bantuan bila masih bisa berusaha. Malu katanya.

Miskin harta, tapi tidak pada jiwa mereka. Jiwa mereka sangat kaya.

Berbagi kisah nyata dari orang-orang yang terpinggirkan dan terabaikan dalam menghadapi pandemi.

Komentar