Sabtu, 27 April 2024 | 05:30
OPINI

Filsafat Sunda, Falsafah Terbaik Di Dunia

Filsafat Sunda, Falsafah Terbaik Di Dunia
Ilustrasi Prabu Siliwangi

Saya sudah banyak mempelajari berbagai macam ajaran filsafat mulai dari filsafat China Kuno, Persia maupun Yunani. Menurut pendapat saya pribadi filsafat sunda adalah yang terbaik. Misalnya filsafat Silas (silih asuh) = Filsafat “3A” in one atau asih- asah – asuh.

Pesan-pesan yang nampak sederhana dari falsafah tersebut sesungguhnya sesuatu yang amat bernilai tinggi. Hampir di setiap agama ajaran dasar utama mereka dalam kasih, namun kasih tanpa perbuatan itu namanya omdo atau sekedar omong kosong !

Namun dalam filsafat Silas yang merupakan kearifan lokal telah dijabarkan secara rinci bagaimana agar ajaran kasih ini bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Filsafat ini berasal dari abad ke 14 dari Prabu Siliwangi yang namanya ini diserap dari kata silih-wangikeun agar rakyatnya bisa menjadi manusia unggulan atau manusa sunda nu-nyunda.

Prabu Wangi sendiri merupakan julukan yang diberikan kepada Prabu Maharaja setelah "mewangikan" kebanggaan rakyat tatar Sunda dengan prestasi dan kemasyhurannya.

Orang Jerman menilai untuk bisa menjadi manusia unggulan “uebermensch” atau ras Arya berdasarkan penampilan fisik tubuhnya dimana harus berambut pirang dan bermata biru. Sedangkan urang Sunda berdasarkan watak prilakunya seseorang.

Dengan bercirikan ‘"Salapan Rawayan” manusia utama berupa: cageur, bageur, bener, pinter, singer, teger, pangger, wanter, cangker. Agar bisa menunjang tercapainya kehidupan masyarakat yang tengtrem kartaraharja. Maka tidaklah heran apabila unsur-unsur Silas ini digali oleh Bung Karno untuk dijadikan sebagai dasar dari falsafah Pancasila.

Silih asih (loving each other), kata asih berarti cinta, mengandung makna nilai ontologi bahwa keberadaan asih berasal dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga Dia memberikan perintah kasihilah sesamamu. Bukan hanya saling mengasihi untuk pasangan, keluarga atau satu kelompok, tetapi juga untuk sesama individu dan kelompok lain maupun agama lainnya. Namun kata kasih ini kebanyakan hanya sekedar pemanis bibir saja tanpa ada tindakan atau perilaku nyata. Kasih tanpa ada tindakan nyata adalah kasih bodong alias kasih bohong.

Kasih menuntut adanya action, silih asah (educating each other). Asah yang berarti saling mengasah atau menajamkan. Bukan saling menajamkan bedog atau celurit untuk membacok seseorang, tetapi saling mengasah ilmu dan kecerdasan antar individu. Tidak hanya dalam lingkungan sekolah atau kampus, memberikan ilmu bisa kita lakukan di mana saja.

Dengan cara saling menajamkan pengetahuan, saling menajamkan pikiran, saling menajamkan hati nurani kita dengan cara saling bertukar pikiran bahkan saling memberi nasehat satu dengan yang lain. Kita mengasah kepintaran orang lain karena kepintaran kita sudah terlebih dulu diasah. Jika setiap masyarakat tajam ilmu dan kecerdasannya, maka kesejahteraan bisa meningkat karena orang lain akan lebih berguna dengan ilmunya, bukan?

Silih asuh (caring each other), silih asuh (silas) yang mengandung nilai moral kebaikan dalam membangun kebersamaan. Melalui kehidupan bermasyarakat dengan cara membangun hubungan silaturrahmi dengan cara saling bantu satu dengan yang lain.

Bagi mereka yang membutuhkannya misalnya yang muda bantu yang tua, karena pada suatu saat kita juga akan menjadi tua. Yang kaya bantu yang miskin, yang kuat bantu yang lemah. Kesaling-tergantungan kepada sesamanya mendorong manusia untuk memelihara hubungan baik dengan sesamanya atas dasar perasaan sama rata, sama rasa.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar