Kamis, 09 Mei 2024 | 03:10
TRAVELLING

Festival Berkuda Turatea, Ekplorasi Kearifan Lokal Butta Turatea

Festival Berkuda Turatea, Ekplorasi Kearifan Lokal Butta Turatea

JENEPONTO: Kodim 1425/Jp akan menggelar Festival Berkuda Turatea dalam rangka memperingati Hari Juang TNI AD atau biasa dikenal dengan Hari Lahirnya Korps Infanteri. Pada event yang akan digelar selama 3 hari mulai tanggal 20 s/d 23 Desember 2019 bertempat di Pantai Karsut, Jeneponto ini, ada sajian khusus kuliner daging kuda.

Komandan Kodim 1425/Jeneponto, Letkol (Inf) Irfan Amir mengatakan, kegiatan ini sekaligus juga untuk mengekplorasi kearifan lokal Butta Turatea Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. "Baik dalam hal pacuan kuda maupun sisi kuliner daging kudanya,” ujar Irfan melalui pesan WhatsApp.

Dijelaskannya, pada 20 Desember 2019 akan digelar karnaval berkuda dengan menampilkan kuda-kuda. Penunggang kuda menggunakan pakaian adat dan pakaian pejuang yang menggambarkan budaya Jeneponto dan Hari Juang TNI AD (Hari Infanteri).

Esoknya digelar Festival kuliner dengan menu utama olahan daging kuda . Iven ini menampilkan masakan yang menggunakan olahan daging kuda seperti Ganja (Gantala Jarang) dan olahan daging kuda lainnya yang sudah familiar seperti coto dan konro.

Dalam hal ini juga akan ditampilkan olahan daging kuda lainnya yakni abon daging kuda, dendeng daging kuda, dan rendang dari daging kuda.

Pacuan Kuda sendiri akan  dilaksanakan pada 22 Desember 2019.

Melalui kegiatan festival berkuda ini, Kodim dan jajaran panitia ingin ikut mewarnai dan memperkenalkan budaya Jeneponto di tingkat nasional, bahkan di level dunia.

Masyarakat Jeneponto dikenal  sebagai satu-satunya daerah pemakan kuda termassif (terbanyak) di dunia.

“Kita boleh cari di belahan dunia mana yang masyarakatnya bisa menandingi warga Jeneponto dalam hal mengkomsumsi daging kuda,” kata Letkol Inf Irfan Amir sambil tertawa kecil.

Masyarakat Jeneponto dalam sehari dapat mengkomsumsi kurang lebih 20 ekor kuda yang dimulai dari komsumsi orang per orang secara individu sampai dengan sajian di warung-warung makan yang menyajikan olahan daging kuda.

Para pelancong yang datang ke Jeneponto dapat melihat bagaimana olahan daging kuda itu dibuat di Jeneponto. Mulai dari daerah perbatasan Kabupaten Jeneponto -Takalar sampai ke perbatasan Kabupaten Jeneponto - Bantaeng.

Sebagian besar dari warung makan yang ada menyajikan olahan daging kuda. Wujud kulinernya bermacam ragam, seperti dibuat dalam bentuk coto, konro, dan abon.

“Secara matematis, apabila masyarakat Jeneponto mengkomsumsi kurang lebih 20 ekor kuda per hari, maka perbulannya masyarakat di sini membutuhkan kurang lebih 600 ekor untuk dikomsumsi. Pertahun dapat mencapai 7.200 ekor kuda,” jelas Irfan sambil tersenyum.

Berdasarkan fakta tersebut, masyarakat Jeneponto mengklaim bahwa mereka merupakan masyarakat termassif (terbanyak) di dunia dalam hal mengkomsumsi daging kuda.

“Silakan lembaga Muri atau Guinness Book of Word Record mencari dan mensurvei tempat di belahan bumi mana terdapat masyarakatnya yang sama dengan masyarakat Jeneponto dalam hal mengkomsumsi kuda,” tantang Irfan yang dikenal suka humor ini.

Selain itu, lanjut perwira dari Satuan Kopassus itu, pada Festival Berkuda Turatea kali ini, pihaknya bermaksud membuka ruang ekspolorasi kearifan lokal Butta Turatea dari sisi budaya, olah raga dan pariwisata.

“Tiga hal inilah yang melandasi digelarnya iven Festival Berkuda Turatea. Saya mengajak kita semua, mari kita bawa Jeneponto mendunia melalui iven ini. Saya juga berharap, event ini dapat menjadi agenda kegiatan tahunan Pemerintah Daerah Jeneponto, Sulawesi Selatan, bahkan agenda nasional,” tutup Irfan amir.

Komentar