Kamis, 09 Mei 2024 | 05:39
TRAVELLING

Tapaki Seratusan Anak Tangga Menuju Keindahan Puncak Gunung Prau

Tapaki Seratusan Anak Tangga Menuju Keindahan Puncak Gunung Prau

WONOSOBO: Kendati saat ini bukan musim liburan, namun minat para wisatawan dan pendaki  gunung cukup tinggi untuk menikmati keindahan Gunung Prahu, yang sering disebut  Gunung Prau (2.590 mdpl) di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Gunung Prau sendiri secara geografis merupakan tapal batas antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

"Gunung Prau bukanlah gunung berapi dan membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 jam untuk mencapai puncak Prau," ujar Pandhu Aji Baskara ketika menemani tiga orang pendaki wanita asal Surabaya, Jakarta, dan Medan, Selasa (26/11/2019).

Dijelaskan Pandhu, untuk mencapai puncak Gunung Prau, para pendaki dapat memilih beberapa jalur pendakian dengan tingkat kesulitan yang berbeda.  Adapun jalur pendakian yang paling populer ada tiga, yaitu Jalur Pranten di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, Jalur Pathak Banteng di Wonosobo dan Jalur Kenjuran di Kendal.

"Dari ketiga jalur tersebut, jalur Pathak Banteng adalah jalur favorit yang dipilih oleh para pendaki, bahkan hampir 90 persen pendakian menggunakan jalur ini karena dianggap lebih dekat," saran Pandhu yang didampingi Fikri Felani, Selasa (26/11/2019).

Ketika jam menunjukan pukul 12.00 tiga pendaki wanita yang terdiri dari Yanni Krishnayani (Surabaya), Fransisca Onaria (Jakarta), dan Silvya Sembiring (Medan) memulai pendakian dari basecamp di jalur Pathak Banteng di kawasan wisata Dieng Plateu. Basecamp pendakian ini  terletak sekitar 50 meter di timur jalan utama kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng.

"Saya sudah lama ingin mendaki Prau yang terkenal dengan keindahannya," ujar Silvya Sembiring yang datang khusus dari Medan.

Dari basecamp Pathak Banteng, para pendaki wanita ini menapaki seratusan anak tangga di sekitar perumahan penduduk, melewati perkebunan warga dengan pemandangan menawan menuju pos pertama yang ditempuh selama 30 menit.

Jalur setapak dari pos pertama hingga pos kedua didominasi oleh tanah, namun tetap dengan pijakan-pijakan kayu yang memudahkan pendaki untuk naik.

Terdapat sejumlah warung dengan kursi-kursi panjang yang masih tutup di sepanjang jalur ini, mungkin karena bukan musim pendakian kendati ada puluhan pendaki lain yang mendaki pada hari ini.

"Kalau akhir pekan pasti jalur ini sangat ramai dan antri menuju puncak," duga Yanni Krishnayanni ketika istirahat di pos kedua yang ditempuh dalam waktu 30 menit dari pos pertama.

Ketika menuju pos ketiga, jalur pendakian mulai menyajikan tingkat kesulitan yang cukup berarti sehingga para pendaki harus tetap waspada dan ekstra hati-hati karena jalan tanah yang agak licin dengan kontur kemiringan sekitar 30 derajat. Terlebih pada jalur ini kondisi jalan mulai menyempit dengan jurang dikanan kiri jalan yang cukup curam sehingga membuat kaki kiri Silvya sempat keram.

Kendati kaki sempat keram, dengan semangat yang tak kunjung padam untuk menyelesaikan pendakian, perjalanan menuju pos ketiga dapat ditempuh Silvya beserta kawan-kawan dalam waktu 1 jam dan beristirahat sejenak di pos ketiga sambil menikmati pemandangan dataran Dieng di bawah sana dengan hamparan hijau dan telaga yang indah.

Udara mulai terasa semakin dingin ketika menuju ke pos terakhir di Puncak Prau. Jalan makin curam dengan akar pepohonan menjadi pijakan serta blok bebatuan yang disusun untuk menuju puncak. Jika meleset berpijak dapat membahayakan diri terantuk bebatuan atau jatuh ke jurang di sisi kiri atau kanan.

Sepanjang jalur pendakian menuju puncak, sejumlah pendaki dari berbagai daerah ikut berjuang dan antri melewati medan berat yang bikin nafas tersengal-sengal. Kendati tidak saling kenal, sesama pendaki saling menyemangati satu sama lain untuk dapat tiba di Puncak Prau.

Setelah mendaki selama 1 jam dari pos ketiga, Yanni Krishnayani, Onaria Fransisca, serta Silvya Sembiring tiba di Puncak Prau dan disambut gumpalan kabut putih serta angin dingin seakan menyambut para pendaki.

"Terima kasih Tuhan karena kami boleh menikmati keindahan karya ciptaan-Mu," ucap Onaria Fransisca yang pernah mendaki Carstensz di Papua dan Elbrus di Rusia bersama Elpala SMA 68 Jakarta.

Komentar