Sabtu, 20 April 2024 | 19:53
JAYA SUPRANA

Ilusi

<i>Ilusi</i>
Ilusi optikal (Dok Net-Jaya Suprana)

Apabila anda menatap ilusi optikal sebagai ilustrasi naskah yang sedang anda baca ini maka kerap kali muncul ilusi seekor panda padahal sebenarnya panda itu tidak ada. 

<b>Kaprah</b>

Ilusi terlanjur keliru ditafsirkan secara kaprah sebagai sesuatu yang tidak terlalu positif akibat terkesan tidak ilmiah alias tergolong takhayul. Bahkan tidak kurang dari Merriam-Webster tega menyemooh ilusi sebagai sesuatu yang “misleads intellectually”. Maka seorang seniman sulap juga disebut sebagai ilusionis.  Juga beredar keyakinan bahwa pada hakikatnya apa yang disebut sebagai kesadaran adalah sekedar ilusi belaka. Ilusi adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sementara berdasar tafsir logika yang ditawarkan oleh Kurt Godel, ilusi adalah bagian hakiki dari kenyataan mau pun bisa juga diatsirkan sebaliknya yaitu kenyataan adalah bagian hakiki dari ilusi. Logika Goedel dapat dirasakan pada apa yang disebut sebagai hologram yang layak disebut sebagai ilusi sebab apa yang tertangkap oleh indra lihat kita sebagai obyek tiga dimensional sebenarnya “tidak ada”. Berdasar teorem tidak lengkapnya Goedel juga bisa saja disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai quantum adalah bukan benda nyata tetapi sekedar suatu jenis sifat ilusioner. 

<b>Descrates</b>

Kesadaran juga bisa dianggap sebagai properti yang sebenarnya tidak eksis selaras dengan pernyataan <i>cogito ergo sum</i>-nya Rene Descrates. Saya pribadi juga pernah mengalami suasana tidak sadar ketika dibius untuk bisa mengalami tindakan operasi buang empedu. Pada saat terbius obat bius segenap daya penginderaan termasuk perasaan saya hilang lenyap termasuk perasaan takut, kuatir, cemas, sedih namun juga senang dan bahagia. Pada saat saya tidak sadar diri itu pada hakikatnya meerupakan bahwa bukti apa yang disebut sebagai kesadaran memang benar-benar subyektif maka sepenuhnya tergantung pada kemampuan dan kemauan saya untuk menafsirkannya sebagai kenyataan. Di sini terkesan bahwa pertanyaan Lao Tse mau pun Hamlet pada diri sendiri masing-masing merupakan kesadaran mau pun ilusi yang membuktikan kebenaran mau pun ketidak-benaran diri sendiri masing-masing. 

<b>Perasaan</b>

Suatu perasaan yang senantiasa muncul pada saat saya memandang ke arah angkasa yang tak terhingga batasan maksimalnya sehingga saya tersadarkan bahwa diri saya sama sekali tidak berarti dibandingkan dengan kemahaluasan alam semesta. Mau pun perasaan yang muncul pada saya membayangkan (karena tidak bisa melihat mau pun meraba) eksistensi virus Corona yang sangat amat kecil sehingga tidak terinderakan oleh segenap indera saya namun terbukti saya tidak berdaya melawan angkara murka virus amat sangat kecil itu. Pada saat merasa betapa tak berdaya diri saya sendiri ini saya juga tersadar bahwa saya wajib senantiasa <i>ojo dumeh</i> sebab memang sama sekali tiada alasan bagi saya untuk merasa terkebur, angkuh, sombong ketika menempuh perjalanan hidup sarat kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah ini.  

Komentar