Kamis, 25 April 2024 | 08:45
NEWS

Berkaca Kejadian di NTT, IGI Sebut Rekrutmen Guru Non PNS Belum Jelas

Berkaca Kejadian di NTT, IGI Sebut Rekrutmen Guru Non PNS Belum Jelas
Ilustrasi Guru (Radarlombok.co.id)

ASKARA - Intensitas kejadian memalukan atau sejumlah kesalahan fatal yang dilakukan oleh oknum guru semakin tinggi. Bahkan kejadian tersebut sudah di luar nalar dan akal pikiran sehat manusia. 

Terbaru kejadian pemberian hukuman oleh oknum guru pembina kepada siswa berupa kewajiban siswa memakan kotoran. Hal itu sangat memalukan dalam dunia pendidikan.

Ketua Ikatan Guru Indonesia, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, rentetan kejadian itu tak terlepas dari pola rekrutmen guru yang serampangan dan pemerintah cenderung lepas tangan membiarkan hal itu terus-menerus terjadi.

"Kemdikbud tidak pernah membuat aturan bagaimana pola rekrutmen guru non PNS di sekolah-sekolah. Sehingga yang terjadi adalah pola rekrutmen tidak jelas dan sama sekali tidak mempertimbangkan kompetensi sang guru," ujarnya, Rabu (26/2).

Persoalan kompetensi ini bukan hal sepele, karena menyangkut empat kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru. Mencakup kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan yang paling penting adalah kompetensi kepribadian.

"Guru diangkat tanpa seleksi tanpa uji kompetensi. Bahkan para kepala daerah tidak mengerti kualitas dari para guru tersebut," kata Ramli. 

Terlebih, guru terangkat menduduki jabatan struktural, diangkat menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru yang berhenti mengajar karena sebab-sebab tertentu. Tidak dibuatkan regulasi bagaimana mengganti mereka sementara kejadiannya terus-menerus terjadi dan pembiaran.

"Semua masalah ini sesungguhnya sudah sampai di tangan Mendikbud Nadiem Makarim, oleh karena itu perlu rasanya meminta Presiden untuk turun tangan langsung menangani persoalan ini," pinta Ramli. 

Solusi-solusi mengenai masalah-masalah pendidikan ini tentu harus mampu dikerjakan pemerintah. Paling penting kejadian yang diberi hukuman yang di luar nalar tidak boleh terulang. 

Diketahui, sebanyak 77 dari 89 siswa kelas VII Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT), disiksa oleh dua orang pendamping siswa. Mereka dipaksa makan kotoran pada, Rabu (19/2).

Komentar