Sabtu, 20 April 2024 | 04:57
NEWS

Sekolah Harus Perhatikan Manajemen Risiko Kegiatan di Alam Terbuka

Sekolah Harus Perhatikan Manajemen Risiko Kegiatan di Alam Terbuka
Siswa SMPN 1 Turi yang selamat dari terjangan arus Sungai Sempor (Dokumentasi BNPB)

ASKARA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyampaikan belasungkawa atas korban meninggal dalam kegiatan susur sungai di Sungai Sempor, Sleman, Yogyakarta yang diikuti ratusan siswa SMPN 1 Turi.

Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasra Putra mengatakan, kejadian itu menjadi pelajaran sekolah lainnya untuk memperhatikan manajemen risiko ketika melakukan kegiatan di alam terbuka. 

"Sekolah juga perlu mengindahkan dan memantau peringatan BMKG tentang kondisi cuaca ekstrem yang sewaktu-waktu terjadi. Harus menjadi pertimbangan ketika ingin melaksanakan kegiatan di alam," ujar Jasra kepada media, Sabtu (21/2).

Dinas pendidikan juga sebaiknya mengawasi dan mengingatkan agar kegiatan di luar sekolah apalagi alam terbuka perlu mendapat perhatian lebih dalam kondisi cuaca yang sewaktu-waktu berubah.

"Seperti apakah sekolah sudah mencari informasi yang cukup tentang aliran arus sungai, apakah sekolah mendapatkan ijin dari yang berwenang atas penggunaan Sungai Sempor," kata Jasra. 

KPAI berharap ada investigasi perihal arus kencang yang langsung datang menerjang ratusan siswa sehingga menyebabkan siswa hilang dan meninggal dunia karena hanyut. Agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Saya kira ini penting dilakukan investigasi agar para keluarga yang siswa siswinya meninggal dapat tahu penyebabnya," ucap Jasra. 

Tentu ini kewajiban sekolah, Dinas Pendidikan Sleman dan pihak berwenang atas penggunaan Sungai Sempor untuk menjelaskan peristiwa tersebut kepada keluarga korban.

Sekolah harus mengenal child safe guarding tentang batasan aman dan kode etik bekerja dengan anak, melibatkan anak, mengukur batas kemampuan anak dan usianya yang tentu beragam. 

"Seperti anak bisa berenang atau tidak, bagaimana kondisi fisik dan apakah pakai pengaman seperti pelampung," tutur Jasra.

Melibatkan anak juga bicara empat pilar, pertama anak di beri kapasitas dan pengetahuan tentang kondisi sungai, anak kemudian mengukur kemampuan, kemudian anak menyampaikan pandangannya, kemudian mendapatkan feedback. 

"Proses proses seperti ini dapat mengurangi faktor risiko sekaligus menjalankan mekanisme pencegahan," kata Jasra.

Peristiwa tersebut bakal membawa trauma dari ringan sampai berat kepada anak-anak. Karenanya Pemerintah Daerah Yogyakarta penting melakukan pendampingan segera.

Insiden ini menambah daftar kegiatan alam yang memakan korban. Diketahui lima siswa dari SMP Budhaya III Duren Sawit, Jakarta Timur meninggal dunia saat berwisata di Sungai Ciujung, Banten pada 25 Oktober 2019.

Komentar