Selasa, 23 April 2024 | 22:22
COMMUNITY

Gunung dan Manusia

 Gunung dan Manusia
Dokumentasi Wariani Khrisnayanni

ASKARA - Gunung  dan manusia sejatinya tidak bisa dipisahkan karena merupakan simbol kehidupan. Gunung  melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan pernak-perniknya, bahkan racun pun ada. Bisa digambarkan sebagai Bumi kecil.

Gunung bisa diartikan lambang Pancer yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga kalau kita gambarkan di atas kertas mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsur cipta, rasa dan karsa yang tujuannya hanya satu pada yang Esa.

Banyak hal besar bisa dipelajari dan seringkali bisa menjadi filosofi dalam pribadi pendaki karena apa yang terjadi pada pribadi menjadi pelajaran yang sangat berarti.

Bisa dimulai dari saat pendaki berhasil mencapai puncaknya, tidak jarang akan merasakan betapa kecilnya diri ini, terharu dan tidak jarang bagi pemula akan menitikkan air mata lalu menemukan kesadaran bahwa mengapa yang ternyata titik debu ini bisa jadi begitu sombong?

Lalu ada yang terbiasa dengan rasa angkuh dan ponggahnya, merasa kuat dan meremehkan, tidak jarang akan mendapatkan pengalaman tersendiri dan akhirnya mendapat kesadaran bahwa nyatanya sebagai manusia itu sedemikian lemahnya.

Tiap manusia membutuhkan orang lain.
Ada pula sedari berangkat dengan niatan menaklukkan gunung tiba-tiba suatu kejadian membuatnya menyadari bahwa yang lebih penting untuk ditaklukkan adalah diri sendiri. Musuh terbesar ternyata adalah diri sendiri.

Ada pula yang merasa sangat yakin berhasil sampai puncak hanya karena ingin menunjukkan pada yang lain, lagi-lagi dapat pelajaran bahwa pendakian yang dikatakan berhasil adalah kalau bisa pulang dengan selamat. Jadi keselamatan lebih penting daripada puncak itu sendiri.

Begitu juga untuk mulut-mulut yang terlalu lancar kebablasan dalam candaan tidak jarang mengalami sesat jalan, dan kesadaran telah memberi pelajaran untuk selalu berhati-hati dalam berucap. Mulutmu harimaumu.

Masih banyak contoh-contoh lain, tiap pengalaman bisa beda arti sesuai dengan tahap dan jalan yang dilalui.

Kesombongan akan mematikan akal warasmu dan membawa pada penderitaan dalam perjalanan mendakimu. Gunung itu bagaikan kitab untuk kita datang belajar, membaca, memahami dan merasakan apa yang kita alami, tentunya untuk menjadikan pribadi yang lebih baik. 

Untuk mencapai puncaknya butuh niat yang baik, butuh persiapan fisik dan mental, butuh pengorbanan dan perjuangan dan butuh tekad yang luar biasa.

Bukan hanya untuk berolah raga, ataupun sekedar refreshing tapi juga sebagai tempat mengolah rasa. 
Rasa agar menjadi lebih peka dan peduli pada situasi dan kondisi.

Salam satu hati
#mengukirjiwa

Komentar