ASKARA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, melatih para guru agar memiliki kepekaan terhadap siswa yang dirundung masalah. 

Hal tersebut berkaca kasus percobaan bunuh diri peserta didik di SMP Ciracas, berinisial SN (14) yang melompat dari lantai tiga gedung sekolahnya. 

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menjelaskan, pelatihan yang dimaksud bukan dengan metode pembelajaran dan kurikulum. 

"Pelatihan tersebut merupakan upaya pencegahan dan penanganan yang berprestektif kepentingan terbaik bagi anak," ujar Retno Listyarti di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (30/1).

Selain itu, guru juga harus memiliki empati terhadap anak-anak yang bermasalah. Kepekaan dan empati ini perlu ditumbuhkan. 

Sedangkan teknik mengenali anak-anak yang dirundung masalah juga perlu diberikan. Pelatihan ini diperuntukkan bagi kepala sekolah dan para guru yang menjabat sebagai wali kelas serta pembina ekstra kurikuler. Bukan hanya guru bimbingan konseling (BK) yang memiliki kemampuan konseling. 

"Setiap guru setidaknya memiliki kepekaan dan mengenali anak-anak yang dirundung masalah. Dan yang memiliki ide bunuh diri pencegahan lebih baik dari pengangan dan penyembuhan," kata Retno. 

KPAI juga mendorong sekolah segera menerapkan program ramah anak. Karena di dalammya sudah memenuhi perlindungan anak dan menjamin tumbuh kembang anak. 

"Sekolah ramah anak diwajibkan, memiliki sistem pengaduan yang melindungi anak yang dirundung masalah. Sehingga mampu bisa dibantu menhadapi masalah," ucap Retno. 

Diketahui, SN akhirnya meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit (RS) Polri Kramatjati selama dua hari. Siswi tersebut menghembuskan napas terakhir Kamis (16/1) sekitar pukul 16.15 WIB.